Risak
![]() |
| Ilustrasi: Freepik |
Semesta tak sedang bekerjasama dengan nya, saya sering melihat mereka menertawakan. Belum ada hukum alam yang menghampiri mereka, sial ini sungguh tidak adil.
Hal ini meneror pikiran, mengingat Firman seringkali diolok-olok hingga pindah ke sekolah SLB. Mereka pikir menjadi jagoan disekolah terlihat keren? Dasar bocah ingusan bau pesing, belagu sekali!
Komplotan pembully disekolah seperti ini harusnya dapat hukuman jera, agar kebiasaan buruk ini tidak dibawa sampai dewasa atau bahkan sampai mati. Kalian tahu, hal seperti ini bisa merusak generasi bangsa terbentuk mental merisak, sungguh malang.
“Kringg… kringg… kringg…kringg” bunyi bel ini tanda apa ya? Benakku. Ahh, sudah lupa kalau ini bunyi bel istirahat atau pulang. Maklum, gimana nasib alumni angkatan COVID-19 apa masih ingat bunyi bel sekolah?
Singkat cerita, saat COVID-19 ini tiap hari trust issue dengan pemberitaan dimana-mana, banyak berita meninggal dunia yang meningkat. Terlihat banyak tenaga medis memakai kostum APD, bak astronot. Bunyi ambulance yang mondar-mandir. Aduhh, diteror semakin takut untuk keluar rumah, apalagi sekolah berkumpul. Yah, virus itu memang menghambat rutinitas sangat membosankan.
Mengerikan melihat anak zaman sekarang, sudah seringkali pemberitaan kasus kontroversial diluar nalar. Seperti anak kecil membully bahkan membunuh, bagaimana bisa hal ini bisa terjadi?
Terinspirasi oleh game online atau film, gila bukan? Terbesit pikiran seperti itu saja sudah gila apalagi melakukannya. Bikin geleng-geleng kepala. Nostalgia era 90-an main masak-masakan, kelereng, congklak, rasa rindu tak terbendung.
Zaman sekarang sudah beda, generasi Z bocah yang lebih anteng pelototin handphone. “Ampar ampar pisang, pisang ku belum dimasak….”, menyanyi permainan seperti ini sudah jarang saya dengar.
Miris hati ini, kelakuan bocah bau kencur zaman sekarang aneh-aneh. Bagaimana peran orang tua nya? Atau jangan-jangan kelakuan bocah ini tak jauh dari pohonnya?
Ahh, saya rasa Tuhan lebih memahami seisi skenario kehidupan ini. Firman bocah korban bully ini sudah nyaman sekolah di SLB, walaupun ia bukan anak SLB. Anak itu memang hati berlian dan seluas samudera, dibalik semua kekurangannya.
Penulis: Hanifa Nabilla Elansary

Tidak ada komentar: